Apakah analogi dan first principle saling bertentangan?
October 20, 2025
Pembuka
Kebanyakan orang belajar dengan meniru. Mereka melihat sesuatu yang berhasil, lalu menyalin bentuk luarnya.
Tapi orang-orang seperti Elon Musk berpikir beda. Dia bilang:
“Reasoning from analogy is how most people think, but it’s lazy. Reasoning from first principles forces you to understand reality itself.”
Awalnya kalimat itu terdengar dingin dan arogan. Tapi ketika saya mulai membangun robot, sistem, dan produk, baru saya sadar maksudnya dalam banget.
Analogi: cara cepat untuk memahami dunia
Analogi itu seperti jembatan. Kalau dunia baru terlalu rumit(abstrak), kamu butuh jembatan supaya bisa menyeberang dari yang kamu tahu ke yang belum kamu tahu.
Contoh: Kalau saya bilang
“Reward di Reinforcement Learning itu seperti gula buat otak robot.” kamu langsung paham. Kalimat itu tidak 100% akurat, tapi cukup untuk menyalakan lampu pemahaman di kepala.
Analogi adalah alat agar otak bisa berkata,
“Oke, aku ngerti idenya dulu, nanti detilnya nyusul.”
Tapi masalahnya: kalau kamu berhenti di analogi, kamu hanya mengerti permukaannya. Kamu tahu bagaimana sesuatu terlihat, tapi tidak tahu mengapa sesuatu terjadi.
First Principles: cara berpikir yang menggali sampai akar realitas
Berbeda dengan analogi, first principles bukan meniru. Ia mulai dari nol. Ia bertanya, “Apa yang benar-benar ada?” dan “Kenapa hal ini bekerja?”
Cara kerjanya sederhana, tapi dalam banget:
Kamu bertanya “kenapa” dan “apa” berulang kali sampai tidak ada lagi jawaban selain hukum dasar alam.
Misalnya:
- Kenapa mobil listrik? Karena efisiensinya tinggi.
- Kenapa efisien? Karena listrik tidak butuh pembakaran internal.
- Kenapa pembakaran tidak efisien? Karena sebagian energi jadi panas.
- Kenapa? Karena hukum termodinamika. Sampai di situ, kamu sudah sampai tier paling dasar: hukum fisika. Dari situ kamu bisa membangun logika baru, bukan sekadar meniru mobil lama lalu “ganti bensin jadi baterai”.
Contoh nyata: membangun robot dari prinsip, bukan tiruan
Kalau saya hanya berpikir dengan analogi, saya akan bilang:
“Saya mau bikin robot kayak Spot dari Boston Dynamics.”
Tapi kalau pakai first principles, pertanyaannya berubah:
- Apa fungsi dasarnya? → Jalan stabil di berbagai medan.
- Apa yang dibutuhkan supaya bisa jalan? → Keseimbangan, torsi cukup, sensor umpan balik.
- Apa batas fisiknya? → Friksi, massa, momen inersia, latency kontrol.
- Apa hukum paling dasar yang harus dipatuhi? → Newton, waktu respon sistem, transfer energi.
Dan dari situ saya sadar: Saya tidak perlu meniru Spot. Saya cukup memahami fisika langkahnya. Robot saya tidak harus terlihat sama, asal taat pada realitas yang sama.
Gabungan dua dunia
Saya tidak menolak analogi, saya memeluknya. Saya hanya menempatkannya di posisi yang benar.
Analogi adalah pintu masuk. First principles adalah jalan keluar.
Analogi bantu saya berkata “oh begitu.” First principles bantu saya berkata “jadi begini cara membuatnya.”
Latihan kecil: jadi pemikir first principles
Coba ambil satu hal sederhana, misal kenapa lampu nyala kalau ditekan saklar. Jangan jawab dengan hafalan. Tanyakan terus:
- “Kenapa nyala?” → karena arus listrik mengalir.
- “Kenapa arus bisa mengalir?” → karena ada beda potensial.
- “Kenapa ada beda potensial?” → karena ada sumber energi listrik.
- “Kenapa energi bisa berubah jadi cahaya?” → karena elektron tereksitasi dan memancarkan foton.
- “Kenapa elektron bisa begitu?” → karena hukum fisika kuantum.
Berhenti ketika jawabanmu sudah menyentuh lapisan realitas — bukan opini, bukan tradisi, tapi fakta alam.
Itu artinya kamu sudah berpikir dari first principles.
Penutup: memahami dunia dari nol
First principles itu bukan gaya berpikir untuk orang jenius saja. Itu cara berpikir yang bisa dipelajari siapa pun, asal berani bertanya lebih dalam dari kebanyakan orang.
Bertanya “kenapa” bukan tanda bodoh, itu tanda kamu sedang menggali lapisan yang orang lain lewati.
Dan analogi bukan musuhnya. Analogi itu kendaraan awal. Tapi jangan berhenti di kendaraan, turunlah dan jelajahi tanahnya sendiri.
Karena di situlah kamu akan menemukan dunia seperti apa adanya. Dan dari situlah kamu bisa membangun dunia versi kamu sendiri.